08 Desember 2025
Daerah
BANJIR PIDIE JAYA

Berjuang di Tengah Lumpur, Korban Banjir Pidie Jaya Kesulitan Air Bersih dan Tandon

LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Tiga belas hari pascabanjir yang melanda Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, duka belum juga surut dari kehidupan warga di sejumlah kecamatan. Di balik surutnya genangan, tersisa persoalan mendasar yang menggerogoti hari-hari korban, yakni  kelangkaan air bersih. Senin (8/12), warga di enam kecamatan diantaranya Kecamatan Bandar Dua, Jangkabuya, Ulim, Meurah Dua, Meureudu, dan Trienggadeng mengeluhkan sulitnya mendapatkan air layak konsumsi untuk kebutuhan paling dasar.

Di Gampong Deah Pangwa, Kecamatan Trienggadeng, Suryadi menuturkan betapa beratnya hari-hari tanpa air bersih. Sejak hari pertama bencana hingga hari ke-13, ia dan keluarganya terpaksa mencuci piring dan pakaian menggunakan air tambak (ie neuheun). “Air sumur dan sungai masih keruh. Untuk minum dan memasak, kami bergantung pada air mineral atau air isi ulang,” ujarnya. Di tengah kondisi yang serba sulit, tabungan menipis dan logistik kian terbatas.

Keluhan serupa disampaikan Nasruddin, warga Gampong Manyang Cut, Kecamatan Meureudu. Rumahnya masih diliputi lumpur, sementara kebutuhan air bersih tak kunjung terpenuhi. “Kami sangat butuh air bersih untuk memasak dan minum,” katanya. Bagi Nasruddin, membersihkan rumah saja terasa berat, apalagi harus memikirkan biaya tambahan untuk membeli air setiap hari.

Di Gampong Deah Pangwa, harapan kerap hadir sesaat ketika ada suplai air bersih dari relawan atau pihak tertentu. Namun tidak ada tempat penampungan membuat bantuan air bersih itu tidak bisa disuplay, sementara kebutuhan keluarga tak bisa dihentikan. Ketika malam tiba, banyak keluarga kembali cemas memikirkan pasokan hari esok.

Di balik derita itu, masyarakat tetap menaruh harap pada uluran tangan sesama. Warga berharap pemerintah, lembaga kemanusiaan, dan para donatur memprioritaskan bantuan berupa tabung (Tandon)  penampung air berkapasitas besar sekitar 3.000 hingga 5000 liter di titik-titik terdampak. Lorong-lorong kampung dan halaman masjid diimpikan menjadi tempat air bersih tersimpan, agar kebutuhan minum, memasak, dan kebersihan bisa kembali terpenuhi.

Harapan ini bukan hanya soal bertahan hidup, tetapi juga tentang menjaga kesehatan bagi korban banjir yang membutuhkan, dan bagi para donatur yang membantu. Bantuan air bersih bukan sekadar komoditas, ia adalah penopang imunitas, pencegah penyakit, dan penguat harapan. Di Pidie Jaya, setetes air hari ini adalah napas untuk esok hari, dan setiap uluran tangan adalah doa yang menjelma pertolongan nyata. (**)