Muhammad Farhan Muis Nasution: Madina Miliki Kopi Takar Yang Sudah Legend, Namun Ada Peluang Yang Terabaikan
Foto : Muhammad Farhan Muis Nasution, SH, kader muda Partai NasDem saat menikmati kopi takar | LIPUTAN GAMPONG NEWS
LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Kopi merupakan salah satu minuman yang paling digemari banyak orang, pada umumnya kaum laki-laki. Sekarang ini kopi adalah salah satu bagian besar dari kehidupan masyarakat Indonesia.
Tidak asing ditelinga kita dengan kata “tidak bisa memulai hari tanpa kopi” hal ini disebabkan perubahan kebiasaan warga Indonesia yang memulai hari dengan secangkir kopi.
Setiap daerah memiliki khas tersendiri baik dari rsanya maupun cara penyajiannya. Tak terkecuali, Kopi Mandailing merupakan salah satu kopi terbaik asal Sumatra Utara.
Jenis kopi ini memiliki kekentalan yang bagus dengan tingkat keasaman medium. Tak heran, kopi Mandailing ini banyak menjadi favorit para penikmat kopi.
Jika berkunjung ke daerah Mandailing, tak lengkap rasanya jika belum menikmati atau menyeruput nikmatnya kopi takar khas mandailing, yang disajikan unik dalam batok kelapa.
Pada saat pulang kampung, Muhammad Farhan Muis Nasution, SH, kader muda Partai NasDem juga menyempatkan diri menikmati kopi takar yang sudah legend itu di salah satu rumah makan.
Banyak hal diperberbincang saat berjumpa dengan pemilik rumah makan, Bou Hj. Choriah Nasution atau yang di kenal Bou Butet Lopo di Kecamatan Panyabungan Selatan, Kabupaten Mandailing Natal, Minggu (19/3/2023).
Dari perbincangan, saat ini sedikitnya ada 7.000 warung, caffe maupun rumah makan di Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel) yang menjual kopi takar yang melagenda itu. Kopi takar ini istimewa, tapi produksi cangkir kelapa tidak ada.
"Itukan peluang luar biasa, namun kenapa tidak dimanfaatkan" ujar politisi muda Partai NasDem ini.
Dari hasil pantauan Farhan Muis Nasution di wilayah Tabagsel, kopi takar dengan cangkir batok kelapa justru dibeli dari Yogyakarta dan daerah lain di Pulau Jawa.
Ribuan UMKM di kawasan Tabagsel, butuh support pemerintah Kabupaten Mandailing Natal (Madina) untuk mendorong UMKM produksi cangkir batok kelapa.
"Dengan adanya produksi cangkir batok kelapa di Madina, sudah pasti ribuan pelaku usaha penjual kopi takar tidak lagi memesan cangkir batok kelapa dari Pulau Jawa," ungkap Farhan Muis Nasution.
Seharusnya ini menjadi salah satu prioritas dalam mengembangkan UMKM yang kreatif dan inovatif di Madina, mulai dari hulu hingga ke hilir," tambah Muhammad Farhan Muis Nasution, SH.
"Madina saja butuh ratusan ribuan cangkir batok, apalagi dipoles dengan design khas Mandailing. Apalagi jika dimanfaatkan seluruh wilayah Sumatera Utara yang kini juga menjamur kopi takarnya. Bisa jadi dalam sebulan butuh jutaan cangkir batok kelapa," pungkas Muhammad Farhan Muis Nasution, SH.
Tambahnya, begitu juga dengan modal usaha yang dibutuhkan untuk cangkir batok kelapa, tidak terlalu besar. Untuk pembuatannya bisa dilakukan pelatihan khusus. Inilah perhatian kepada masyarakat dari Pemda Madina," utarakan FarhanUntuk diketahui, Kopi takar, kopi khas Mandailing Natal dengan racikan kopi Mandailing, dan seduhan gula aren serta kulit kayu manis sebagai pengganti sendok yang memberikan sensasi yang tidak ada duanya di Indonesia.
Kopinya dari Pakantan dan Ulu Pungkut, juga di eksport dan terkenal di Eropa dengan sebutan kopi Mandili dan di Thailand disebut kopi Mandheling. (*)