Kisah Yusra di Balik Dinding Gubuk Reot
LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Di balik dinding gubuk reot yang rapuh, Yusra (42), seorang janda miskin dari Gampong Cempedak, Kuta Makmur, Aceh Utara, telah berjuang melawan kerasnya hidup selama lebih dari sepuluh tahun. Meskipun telah mengharapkan bantuan dari Pemkab Aceh Utara, kebutuhan dasar seperti rumah layak huni tetap menjadi mimpi yang jauh dari kenyataan baginya dan tiga anaknya. Setiap hari, Yusra mencari nafkah dengan menjadi buruh harian lepas, kadang-kadang dengan menanam padi orang di sawah, sembari berharap belas kasihan orang-orang di sekitarnya.
Tidak Ada Harapan di Balik Janji Pemerintah
Dalam tengah-tengah kesulitan hidupnya, Yusra berharap pada janji pemerintah daerah, terutama Pemkab Aceh Utara di bawah pimpinan Pj Bupati Dr. Drs. Mahyuzar, M.Si, untuk memberikan bantuan rumah layak huni. Namun, harapan tersebut tampaknya tak lebih dari sekadar angan-angan. Meskipun dana telah dialokasikan untuk membangun puluhan rumah layak huni, Yusra dan keluarganya terus terpinggirkan.
Skandal Bantuan yang Tak Merata
Kehadiran puluhan rumah layak huni yang sedang dikerjakan di Aceh Utara disertai dengan dugaan pilih kasih yang meresahkan. Banyak penerima bantuan tidak sesuai dengan kriteria yang seharusnya, menimbulkan pertanyaan tentang transparansi dan keadilan dalam penentuan penerima manfaat. Sebuah pengkhianatan terhadap harapan-harapan yang telah lama tertanam dalam hati mereka yang membutuhkan.
Pemerintah yang Tidak Responsif
Di tengah-tengah pertanyaan dan keraguan, kepala Dinas PERKIM Aceh Utara tidak dapat dihubungi untuk memberikan klarifikasi. Nomor yang biasanya dapat dihubungi tidak aktif, meninggalkan banyak pertanyaan tanpa jawaban. Ketidakterbukaan ini semakin memperkuat kesan bahwa pemerintah tidak hanya gagal merespons kebutuhan masyarakatnya, tetapi juga tidak bertanggung jawab atas janji-janji yang telah dibuat.
Harapan yang Redup di Antara Ketidakadilan
Dalam keadaan di mana keadilan semakin tergerus, harapan-harapan Yusra dan keluarganya semakin redup. Mereka terus hidup di balik dinding gubuk reot yang rapuh, terlupakan oleh pemerintah yang seharusnya melindungi dan melayani mereka. Kisah mereka menjadi cerminan dari ketidakadilan yang terus melanda masyarakat yang paling rentan di tengah-tengah janji-janji politik yang hampa. (Raja)