Kejutan PDB, Hilirisasi dan Peran BUMN
Oleh: Rizal Calvary Marimbo_
OPINI– Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia pada tahun 2022 berhasil tumbuh sebesar 5,31 persen dibanding tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Perekonomian domestik tahun 2022 berhasil tumbuh berkat tingginya pertumbuhan pada triwulan IV-2022 yang naik 5,01 persen (yoy).
Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dari angka pre-COVID-19, yang rata-rata sebesar 5 persen sebelum pandemi. Meski sempat mencatat pertumbuhan negatif saat diterpa badai pandemi COVID-19 pada tahun 2020, perekonomian nasional terus menunjukkan resiliensi dan beranjak pulih lebih cepat satu tahun kemudian.
Dari sisi permintaan (demand), mayoritas komponen pengeluaran pada Kuartal IV-2022 tumbuh cukup kuat. Didukung windfall komoditas unggulan, ekspor mampu tumbuh double digit yakni mencapai 14,93 persen (yoy). Sementara itu, impor tumbuh sebesar 6,25 persen (yoy) dengan didorong oleh kenaikan impor barang modal dan bahan baku. Kontributor utama dari PDB adalah konsumsi. Sektor konsumsi ini tumbuh 4,48 persen yoy.
Namun yang menarik adalah untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia berdiri, peran dari investasi atau PMTB (pembentukan modal tetap bruto) sangat signifikan dalam pembentukan PDB. Yakni investasi tumbuh sebesar 3,33 persen. Dari sisi supply, peran investasi sangat terlihat dalam pembentukan PDB di atas.
Seluruh sektor lapangan usaha mengalami pertumbuhan positif di Triwulan IV-2022. Sektor transportasi dan pergudangan menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 16,99 persen (yoy) diikuti oleh sektor akomodasi dan makanan, minuman yang tumbuh sebesar 13,81 persen (yoy) yang didorong oleh peningkatan mobilitas masyarakat serta peningkatan kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun wisatawan nusantara.
Jika di simak, capaian PDB 2022 di atas merupakan rebound yang luar biasa bagi perekonomian Indonesia. Mengingat, sebelumnya, Indonesia sempat mengalami pertumbuhan PDB yang minus atau resesi akibat pandemi COVID-19. COVID-19 telah melululantakan sendi-sendi perekonomian Indonesia, utamanya dari sisi konsumsi. Konsumsi merupakan tulang punggung (backbone) PDB nasional selama ini. Selama COVID-19, konsumsi tak bisa menjadi andalan utama pertumbuhan.
*Hilirisasi*
Maka untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerintah mendorong sektor investasi. Sebab dengan iklim bisnis yang subur maka sisi demand dan supply perekonomian akan menjadi bergairah. Investasi sendiri merupakan akar dari segala upaya demi memulihkan dan menumbuhkan perekonomian di Indonesia, apalagi di tengah pandemi.
Membaiknya perekonomian Indonesia itu ditopang oleh data investasi Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Lembaga ini mencatatkan realisasi investasi Indonesia sepanjang tahun 2022 telah melampaui target, yaitu sebesar Rp1.207,2 triliun dari Rp901 triliun di tahun sebelumnya atau tumbuh 34% secara tahunan. “Target bapak Presiden kepada kami sebesar Rp 1.200 triliun, pada awalnya banyak orang yang pesimis terhadap target ini, Alhamdulillah, kita mampu mencapai sebesar Rp1.207,2 triliun secara yoy tumbuh 34%,” ucap Menteri Investasi/BKPM, Bahlil Lahadalia dalam Konferensi Pers di Jakarta, 24 Januari 2023.
Pendapatan nasional atau PDB sangat erat kaitannya dengan investasi. Investasi berupa penanaman modal yang meningkat akan berdampak positif pada proses produksi dalam bisnis yang semakin giat, kemudian juga akan berimbas pada meningkatnya konsumsi rumah tangga. Bahkan, untuk menjadi negara maju, Indonesia sebaiknya tidak lagi hanya mengandalkan konsumsi dalam PDB-nya. Indonesia sudah harus mengandalkan investasi. Sebab, di negara-negara maju, investasi menjadi penopang utama PDB mereka.
BUMN & Hilirisasi
Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Investasi/BKPM terus mendapat target menaikkan investasi nasional setiap tahun. Untuk mencapai target tersebut pemerintah meluncurkan Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis (HIS) yang mencakup delapan sektor prioritas. Selain itu, pemerintah menetapkan sebanyak 98 Proyek Peta Peluang Investasi 2020-2022.
Dengan Kementerian dan Lembaga, Kementerian Investasi/BKPM berkoordinasi dengan Kementerian BUMN untuk mendorong realisasi investasi. Pasalnya, peran BUMN sangat strategis dalam mendorong realisasi investasi nasional.
Saat ini, jumlah BUMN sebanyak 142 perusahaan dengan total aset Rp 9.000 triliun, dengan bidang usaha beraneka ragam. Total aset BUMN tersebut jauh melebihi aset super holding company Temasek (Singapura) yang hanya bernilai Rp 1.112,59 triliun dan Khazanah (Malaysia) hanya sebesar Rp 463,59 triliun.
Setiap tahun kontribusi BUMN atas perekonomian negara terus meningkat tajam. Menteri BUMN Erick Thohir menyebut, laba BUMN hingga kuartal III-2022 mencapai sebesar Rp 155 triliun, atau meningkat 154 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2021 yang senilai Rp 61 triliun. Kinerja positif ini turut meningkatkan kontribusi BUMN terhadap pendapatan negara berupa pajak, dividen, dan Pendapatan Negara Bukan (PNBP) sebesar Rp 68 miliar, yakni dari Rp 1.130 triliun (periode 2017 sampai 2019) menjadi Rp 1.198 T (2020 hingga kuartal III-2022).
Di samping itu, BUMN juga berkontribusi untuk perekonomian nasional melalui pengeluaran operasional dan capital expenditure-nya. Pengeluaran tersebut menyumbang terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dari sisi konsumsi dan investasi.
*Peran BUMN*
Semakin ke sini, dunia semakin terbuka, menuntut liberalisasi, deregulasi, ternyata dengan situasi idiologi ekonomi dunia semacam itu, peran BUMN untuk mengamankan kepentingan ekonomi suatu negara tidak mengecil, apalagi dibilang terpinggirkan. Semakin lama semakin besar dan semakin strategis.
Bahkan, BUMN menjadi alat dan strategi baru bagi pemerintah untuk mengamankan kepentingan ekonomi negara. Negara-negara itu kini memiliki BUMN-BUMN raksasa. Tidak hanya besar atau gendut. Dengan kapasitas super jumbo itu mereka harus mampu menjalankan tugas. Yakni bertugas mengamankan kepentingan ekonomi negara. Cina misalnya memiliki 70 BUMN raksasa, India 30 BUMN raksasa, Rusia sembilan BUMN, Uni Emirat Arab sembilan BUMN, dan Malaysia delapan BUMN raksasa.
BUMN raksasa ini menguasai sektor industri berjaringan seperti energi, telekomunikasi, transportasi, dan perbankan. BUMN di negara-negara itu terus berkembang dalam beberapa dekade terakhir dan banyak yang mengusasi daftar teratas Fortune 500.
Kembali ke Tanah Air, di dalam peta jalan Hilirisasi Investasi Strategis (HIS), pemerintah telah meluncurkan 8 sektor prioritas dengan total investasi sebesar USD 545,3 miliar. Investasi ini melibatkan sebanyak 21 komoditas di sektor mineral, batubara, minyak, gas bumi, perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan.
Disinilah BUMN, sesuai dengan perintah konstitusi dan UU, memiliki peran untuk terlibat di dalamnya. Sekaligus merupakan peluang besar bagi BUMN untuk meningkatkan kapasitas bisnisnya, melalui penugasan-penugasan negara. Saat ini, raksasa-raksasa BUMN kita seperti Mind ID, Pertamina hingga PT Perusahaan Listrik Negara tengah melibatkan diri dalam Gerakan hilirisasi di atas.
(Data Diolah Dari Berbagai Sumber)