LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Kejadian intimidasi terhadap dua jurnalis di Aceh menggemparkan dunia pers. Raja Umar, jurnalis Kompas TV dan Kompas.com, serta wartawan Puja TV, Nurmala, menjadi korban intimidasi yang diduga dilakukan oleh pengawal Ketua KPK Firli Bahuri.

Peristiwa ini terjadi saat keduanya sedang meliput pertemuan Firli Bahuri dengan sejumlah pimpinan media di Sekretariat Bersama Wartawan di Banda Aceh pada Kamis malam (9/11/2023). Seorang yang mengaku polisi, mengenakan pakaian bebas, diduga melakukan pemaksaan penghapusan foto dan video yang telah diambil oleh kedua jurnalis ini.

Mengutip UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers Pasal 18 ayat 1, tindakan ini dianggap sebagai upaya penghalangan kerja-kerja jurnalistik. Meskipun keduanya sudah menjalankan tugas sesuai kode etik, intimidasi tetap terjadi.

Kronologi intimidasi dimulai saat Umar berusaha mewawancarai Firli Bahuri. Namun, pengawal Firli menghalangi dan meminta penghapusan foto. Umar menolak dan merekam audio sebagai bukti kejadian, yang kemudian dibagikan ke grup kompas.com.

Kejadian serupa dialami wartawan Nurmala dari Puja TV, yang juga mendapat tekanan agar menghapus foto. Situasi ini menggugah reaksi tegas dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh, Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Aceh, dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh.

Sikap bersama ketiga organisasi ini, yang diwakili oleh Ketua AJI Banda Aceh, Juli Amin, Ketua IJTI Aceh, Munir Noer, dan Ketua PWI Aceh, Nasir Nurdin, mencuat dalam pernyataan resmi. Mereka mengutuk keras tindakan intimidasi, meminta Mabes Polri memberikan pemahaman kepada jajarannya, dan menuntut penghukuman bagi pelaku intimidasi.

Organisasi pers ini juga memberikan dukungan penuh kepada redaksi Kompas TV dan Puja TV untuk mengambil langkah hukum, dengan komitmen mendukung kebijakan yang diambil. Insiden ini menjadi sorotan dan menimbulkan keprihatinan atas perlakuan terhadap jurnalis yang menjalankan tugasnya dalam mencari dan menyampaikan informasi. (**)