Industri Sepatu KAMEURI, UMKM Butuh Dukungan Pemerintah
LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Berbekal keahlian tangan yang dimilikinya bisa menjahit sol sepatu, pada usia 20 tahunan, Basri (40) membulat tekad merantau ke Ibukota Jakarta saat masa konflik masih melanda Aceh Terus mengasah kemampuannya di perantauan demi bisa mengubah nasibnya kelak.
Banyak pabrik sepatu di Jakarta yang sudah dia memakai jasanya. Awal kepulangan dari perantauan yang sudah 20 tahun lebih ia jalani, dia mulai merintis usaha memproduksi sepatu dan sandal yang berbahan kulit ini semenjak pulang dari Jakarta.
Keude Ulee Glee adalah salah satu pusat Perekonomian Pidie Jaya menjadi pilihan awal bagi Basri merintis usahannya. Karena disini terdapat berbagai macam usaha yang dikembangkan oleh putra daerah maupun oleh pihak luar.Berbagai macam usaha lainnya ada di Keude Ulee Glee, dan pembuatan sepatu dan sandal yang di produksi oleh salah seorang putra asli Ulee Glee ini menjadi salah satu usaha yang sangat menarik.
Selama merantau, memang di sana dia hanyalah sebagai pekerja biasa karena di pabrik yang besar tenaga kerjanya pun sangat banyak. Bahkan dia pernah bekerja di pabrik sepatu dan sandal ternama di Ibukota Indonesia.
Berkat keuletannya dalam bekerja akhirnya timbul niatnya untuk membuka usaha pembuatan sepatu dan sandal di kampung halamannya. Setelah dia merasa mampu untuk membuka usaha sendiri, akhirnya Basri memilih untuk pulang kampung.
Tahap awal dia membuka usaha di rumah tempatnya tinggal, Basri hanya membuat sepatu apa bila ada memesannya. Maklum, orang-orang jaman sekarang lebih memilih merk yang ternama ketimbang hasil ciptaan putra daerahnya walaupun hasil dan kualitasnya tidak berbeda.
Setelah melihat hasil yang di buat oleh Basri mutunya tidaklah beda dengan buatan pabrik-pabrik ternama, sepatu dan sandal basri mulai di lirik oleh konsumen. Diapun harus mencari tempat yang baru untuk membuat sepatu dan sandalnya yang lebih luas, ini di karenakan dia sudah mulai memakai tenaga kerja.
Hal ini dia lakukan supaya pekerjanya lebih leluasa dalam bekerja membuat sepatu dan sandal, mengingat permintaannya sudah meningkat dan sudah mulai di lirik oleh toko-toko sepatu dan sandal yang berada di Pidie Jaya dan sekitarnya.
Sepatu dan sandal hasil produksi Basri harganya beragam, menurut bahan dan bentuknya. Memang harganya lebih murah dari buatan pabrik ternama, tapi kualitasnya hampir sama dengan yang di produksi oleh pabrik-pabrik ternama. Hal ini bisa kita lihat dari meningkatnya peminat yang memesan sepatu dan sandal buatan Basri.
Untuk bahan bakunya basri harus memesan ke Jakarta, walaupun ada juga kadang-kadang dia memakai bahan lokal. Untuk menuju tempat usaha Basri tidaklah sulit karena toko yang dai jadikan tempat pembuatan sepatu dan sandal terletak di pinggir jalan Nasional Banda Aceh- Medan. tepatnya di simpang Jangka Buya berdekatan dengan pusat kota Ulee Glee.
Seiring waktu berjalan, kini banyak sudah pejabat-pejabat Pidie Jaya yang memilih untuk memakai sepatu dan sandal hasil buatan Basri dari pada membeli produk dari luar. Hal ini mareka lakukan untuk memajukan produk anak Negeri sendiri supaya terbuka lapangan kerja untuk mengurangi jumlah angka pengangguran di Pidie Jaya.
Industri sepatu Kameuri merupakan sebuah tempat produsen sepatu dan sandal dari kulit yang merupakan usaha mandiri seorang putra Ulee Gle. Industri ini dikelola oleh seorang putra Ulee Gle yang sempat menempa ilmu di berbagai pabrik sepatu di Jakarta.
Sepatu ini meski berharga miring tetapi berkualitas tinggi. Pabrik sepatu ini berada di bagian barat Keude Ulee Gle, Kecamatan Bandar Dua tepatnya antara simpang Jangka Buya dengan pasar Ulee Gle.
Seiring waktu berjalan dan berniat memajukan usahannya juga diikut sertakan oleh Disperindagkop Pidie Jaya dalam berbagai kegiatan promosi UMKM produk asli Pidie Jaya.
Begitu juga dengan dukungan lainnya, Pemkab Pidie Jaya melalui Disperindagkop memberikan lokasi baru di Komplek terminal Bus Tipe-B Pidie Jaya di depan Kantor Camat Meurah Dua.
Sampai saat ini usahanya masih berjalan, namun pasca dilanda pandemi covid-19 perekonomian masyarakat Pidie Jaya pun terjadi penurunan. Akibatnya ikut berimbas kepada daya beli masyarakat.
Begitu halnya terhadap penjualan sepatu produksi 'KAMEURI' yang masih belum ada peningkatan yang berarti. Saat ini Basri masih bertahan di komplek komplek terminal tersebut. Meskipun penjual masih jalan stagnan ia dengan seorang tenaga kerja yang dimiliki juga melayani perbaikan sepatu dan sandal kulit yang sudah rusak dengan harga terjangkau.
Dukungan pemerintah dalam bidang promosi sangat diharapkan Basri demi bisa bertahan memproduksi hasil karyanya dengan kondisi ekonomi saat ini. (*}
Penulis: Mursyidah S.Pd (Tiara)
Editor: Irfans