22 November 2024
Daerah

Ditemukan Kasus Polio, Pj Bupati Langsung Gelar Pertemuan, Paparkan Ke Publik

LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Kasus polio (lumpuh layu) pada anak-anak ditemukan di Pidie, Provinsi Aceh, dan telah dikonfirmasi dari hasil pemeriksaan laboratorium Prof Sri Oemijati, Kemenkes Jakarta yang merupakan laboratorium rujukan nasional. 

Kasus ini menimpa A, anak berumur 7 tahun, warga Kecamatan Mane. Awalnya si anak mengalami demam, kemudian muncul nyeri pada persendian dan kelemahan anggota gerak. 

Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium, Kata Pj Bupati Pidie, Ir H. Wahyudi Adisiswanto, M.Si.,  diketahui bahwa si anak terinfeksi Virus Polio.

“Dengan ditemukannya kasus polio di Pidie, maka kami menyatakan ini sebagai Kejadian Luar Biasa, karena seperti yang kita ketahui Indonesia dan negara- negara Asia Tenggara lainnya sudah dinyatakan bebas Polio", sebut Pj Bupati Pidie.

"Dan dunia saat ini bergerak menuju eradikasi untuk menghilangkan polio dari seluruh negara” sambung H. Wahyudi Adisiswanto, dalam paparan tentang KLB di Kantor Bupati setempat, Jum'at (18/11/2022).

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Pidie, dr Arika Aboebakar, Sp.OG menyatakan pihaknya bersama dengan tim dari Dinas Kesehatan Aceh, Kementerian Kesehatan, WHO, dan UNICEF sudah melakukan respon awal berupa Penyelidikan Epidemiologi (PE). 

Termasuk pencarian kasus tambahan di wilayah terdampak baik di masyarakat maupun melalui kunjungan ke puskesmas dan RS setempat.

Selanjutnya melakukan review cakupan imunisasi dan Penilaian Kondisi Sosial (social assessment) untuk mengetahui bagaimana penerimaan masyarakat di wilayah terdampak terhadap imunisasi. 

"Selain itu koordinasi dan pengaktifan Tim Gerak Cepat (TGC) juga segera dilakukan", diutarakan oleh Kadinkes Pidie.

Perlu diketahui virus polio menular melalui air yang tercemar tinja yang mengandung virus polio. Jika virus ini masuk ke dalam tubuh anak yang belum mendapatkan imunisasi polio secara lengkap, maka virus akan berkembang biak di saluran pencernaan dan menyerang sistem saraf anak.

Katanya lagi, hingga menyebabkan kelumpuhan. Ini dapat terjadi jika cakupan imunisasi rendah dalam jangka waktu yang cukup lama, ditambah dengan kondisi sanitasi lingkungan yang tidak baik, seperti perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS).

Kepala Dinas Kesehatan menambahkan, untuk penanganan pasien saat ini sudah dilakukan kunjungan ulang oleh Dokter Spesialis Anak dan dianjurkan untuk dilakukan rehabilitasi medik. 

Dinas Kesehatan melalui Puskesmas Mane memfasilitasi rujukan ke RSUD T Chik Ditiro Sigli.

Untuk menanggulangi KLB, sesuai dengan petunjuk dari Tim Komite Ahli, maka akan segera dilakukan respon imunisasi sub-PIN dengan memberikan imunisasi tetes polio untuk semua anak usia 0 - <13 tahun.

Dimaksudkan agar terbentuk kekebalan terhadap polio, serta penguatan sistem surveilans untuk mendeteksi cepat adanya kasus lumpuh layu mendadak di masyarakat. 

Target imunisasi adalah 95 persen dan merata di semua wilayah, agar kekebalan komunitas dapat tercapai. 
Pemerintah Kabupaten Pidie juga segera meningkatkan edukasi masyarakat tentang pentingnya imunisasi rutin dan perilaku hidup bersih sehat, terutama perilaku BAB di jamban dan melibatkan seluruh pihak. 

"Edukasi ini nantinya melibatkan semua pihak, mulai dari pimpinan daerah beserta Kepala SKPK, tokoh agama, tokoh masyarakat, kelompok remaja, PKK, organisasi profesi, ormas, lembaga pendidikan, kader kesehatan, akademisi, media massa, dan elemen masyarakat lainnya, untuk mendukung pencegahan penularan Virus Polio", terang dr Arika.

Polio hanya dapat dicegah dengan imunisasi.
Polio adalah penyakit yang sangat menular dan dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, bahkan kematian terutama pada anak usia < 5 tahun yang tidak diimunisasi polio secara lengkap. 

Gejala awal polio antara lain adalah demam, kelelahan, sakit kepala. muntah-muntah, kekakuan di leher, nyeri di tungkai, urai dr Arika.

Virus polio masuk ke dalam tubuh melalui mulut, bersumber dari air atau makanan yang telah terkontaminasi dengan kotoran/tinja orang yang terinfeksi. 

Gejala biasanya muncul setelah 7-10 hari setelah terinfeksi, namun juga dapat terjadi dalam rentang 4-35 hari. 
Virus di tinja dapat bertahan selama 3-6 minggu, sehingga perilaku BABS meningkatkan risiko infeksi polio.

"Tidak ada obat untuk polio. Tatalaksana kasus lebih ditekankan pada tindakan suportif dan pencegahan terjadinya cacat, sehingga anggota gerak diusahakan kembali berfungsi senormal mungkin", diucapkan Kadinkes Pidie. 

Ia juga menuturkan, penemuan dini dan perawatan dini penting untuk mempercepat kesembuhan dan mencegah bertambah beratnya cacat.

"Penyakit Polio sangat berbahaya namun mudah dicegah dengan imunisasi polio lengkap serta melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti BAB di jamban, cuci tangan pakai sabun dan menggunakan air matang untuk makan dan minum", dr Arika mengingatkan.

Hadir bersama Pj Bupati, Sekda Pidie, H. Idhami, S.Sos., M.Si., dan Turut mendampingi ditempat tersebut,  Ketua TP PKK Pidie, Ny. Hj Suaidah Sulaiman, Ass III, Drs Sayuti, M.M.

Kemudian dari WHO, dari Kemenkes RI, Kabid P2P Dinkes Pidie, dari RSUD TCD Sigli, Ka.Puskesmas Mane, dan Ka. Puskesmas Kota Sigli. (AS)