24 Juli 2025
Daerah

Abrasi Tak Terbendung, Warga Deah Pangwa Terancam Kehilangan Tempat Tinggal

LIPUTANGAMPONGNEWS.IDAbrasi yang terjadi di sepanjang aliran Krueng Beuracan, tepatnya di Dusun Krueng Tunong, Gampong Deah Pangwa, Kecamatan Trienggadeng, Kabupaten Pidie Jaya, semakin memprihatinkan. Fenomena alam ini bukan lagi sekadar potensi bencana, melainkan telah berubah menjadi ancaman nyata bagi permukiman warga. Pada Minggu (18/5), sejumlah bagian daratan terlihat terkikis hingga nyaris menyentuh pondasi rumah warga.

Salah seorang warga Gampong Deah Pangwa, menuturkan kepada media bahwa abrasi telah berlangsung sejak lama, namun tak kunjung mendapat penanganan serius dari pihak terkait. “Kami hanya bisa menunggu dan khawatir setiap hujan turun. Sungai terus makan tanah, dan rumah warga sekarang tinggal beberapa meter dari tebing air,” ungkapnya dengan nada kecewa.

Kata dia, sedikitnya lima rumah warga di Gampong Deah Pangwa mengalami dampak serius akibat abrasi yang terus terjadi. Kondisi ini kian mengkhawatirkan, karena abrasi bukan hanya menggerus pemukiman, tetapi juga mengancam keselamatan penghuni yang hingga kini belum mendapat penanganan memadai dari pihak terkait.

Selain pemukiman, lahan tambak yang sebelumnya menjadi sumber penghidupan warga kini telah hilang dan berubah menjadi aliran sungai baru yang terbentuk akibat tekanan abrasi. Ketidakmampuan pemerintah dalam mengantisipasi dan menanggulangi kerusakan ini menimbulkan pertanyaan serius tentang komitmen mereka terhadap perlindungan wilayah pesisir dan kesejahteraan masyarakat terdampak.

Kondisi ini diperparah oleh minimnya infrastruktur pengaman di sepanjang bantaran sungai. Tidak ada tanggul, bronjong, ataupun vegetasi pelindung yang memadai. Pohon bambu yang tumbuh di tepi sungai kini banyak yang roboh ke aliran air, memperlihatkan betapa rapuhnya kawasan tersebut menghadapi arus sungai yang semakin deras setiap musim hujan.

Ironisnya, hingga berita ini diturunkan, belum tampak satu pun intervensi nyata dari pemerintah kabupaten maupun dinas terkait. Padahal, wilayah ini sudah jelas masuk dalam zona rawan bencana. Kealpaan ini menimbulkan pertanyaan serius tentang komitmen pemerintah daerah dalam melindungi keselamatan dan hak dasar warganya.

Imbas dari abrasi tidak hanya mengancam tempat tinggal warga, tetapi juga memicu keresahan sosial dan ekonomi. Sebagian warga sudah mulai mempertimbangkan untuk mengungsi, meninggalkan rumah mereka karena tidak ada jaminan keselamatan. Aktivitas harian, termasuk akses jalan dan pertanian di sekitar sungai pun ikut terganggu.

Pemerintah diminta untuk segera turun tangan dengan pendekatan yang terukur dan berkelanjutan. Pembangunan tanggul darurat, penguatan tebing, hingga normalisasi aliran sungai harus menjadi prioritas. Tidak cukup hanya mengirimkan tim survei tanpa aksi nyata. Warga Deah Pangwa tak butuh janji, mereka butuh perlindungan konkret dari ancaman yang sudah di depan mata. (**)