LIPUTANGAMPONGNEWS.ID -Enam hari pascabanjir, Gampong Deah Pangwa masih berbau lumpur dan kesedihan. Di lorong-lorong sempit yang biasanya riuh tawa anak-anak, kini terdengar derit sendal relawan dan isak helaan napas warga yang letih. Banjir yang menerjang Pidie Jaya tak sekadar menenggelamkan rumah, tetapi juga menggerus rasa aman, meninggalkan sunyi yang dalam di hati mereka.
Di gampong dengan 650 kepala keluarga dan ribuan jiwa, tak satu pun yang luput dari dampak. Air mengalir ke setiap sudut rumah, menelan kasur, pakaian, lemari, hingga kitab-kitab yang biasa dibuka selepas magrib. “Kami seperti dipaksa menata hidup dari nol,” bisik seorang ibu sambil memeras baju yang tak lagi putih, matanya sembap oleh air dan tangis yang sama asin.
Pagi datang tak membawa cerah. Ia lebih mirip pengingat bahwa perut butuh diisi, anak-anak perlu kehangatan, dan orang tua mendamba obat. Dapur-dapur senyap karena beras menipis, minyak habis, dan kayu bakar basah. Namun di balik segala kekurangan, tangan-tangan masih saling menguatkan, menyodorkan segelas air, sepotong biskuit, dan senyum yang dipinjamkan agar hati tak runtuh.
Di emperan rumah yang tinggal tulang, ada abu dan abi yang menatap lantai retak seraya menghitung sisa reruntuhan, ada nenek yang memeluk kain lembap, seolah memeluk kenangan, ada anak yang bertanya kapan bisa kembali belajar. Pertanyaan-pertanyaan kecil itu, justru paling berat ditanggung. Sebab jawaban belum ada, sementara hari terus meminta kepastian.
Yang mereka butuhkan hari ini bukan hanya belas kasih, tetapi kehadiran kita dalam wujud yang nyata, sekantong beras, sehelai pakaian kering, sebotol minyak goreng, selembar obat, dan sekepal doa. Hal-hal sederhana itu di Deah Pangwa telah menjelma menjadi barang mewah, menjadi jembatan kecil menuju hari esok yang lebih manusiawi.
Relawan yang datang menyaksikan bagaimana harapan tumbuh di sela remah bantuan. Mata yang semula redup, pelan-pelan menyala saat kardus sembako dibuka. Anak-anak tersenyum melihat pakaian kering, para ibu menarik napas lega saat beras sampai di tangan. Di sanalah kita tahu, kebaikan tak pernah sia-sia, ia selalu menemukan jalannya sendiri.
Deah Pangwa hari ini adalah cermin kita semua, tentang rapuhnya hidup dan kuatnya kepedulian. Mari menjemput saudara-saudara kita dengan uluran tangan. Sebab bagi mereka, setiap bantuan adalah tanda bahwa mereka tak sendirian, bahwa di luar sana, ada hati-hati yang memilih peduli. Dan di tengah banjir yang menggelapkan, kitalah cahaya itu.
Uluran kepedulian dapat disalurkan melalui rekening BSI 7212814452 a.n. Teuku Saifullah. Bantuan dalam bentuk dana, sembako, dan pakaian layak pakai sangat dibutuhkan warga Deah Pangwa saat ini. Untuk konfirmasi donasi atau informasi penyaluran bantuan, masyarakat dapat menghubungi 0821 5194 3797 (Teuku Saifullah) atau 0812 6907 4407 (Suryadi Ben Ibrahim / Razi Cikok). Setiap bantuan adalah penguat langkah mereka untuk kembali bangkit dari keterpurukan. (**)







