10 September 2024
Opini

Refleksi 17th Earthquake and Tsunami Aceh, Normalisasi Pergeseran Local Wisdom Pasca 26 Dec 2004 (Bag.2)

Foto : Fakhrurrazi, M.Si | LIPUTAN GAMPONG NEWS

OPINI - Tujuh Milyar Dollar Amerika Serikat nilai yang sangat fantastis untuk membangun kembali Aceh yang porak poranda dihantam Gempa diterjang Tsunami. Dalam hitung bulan - tahun infrastruk megah dan perumahan masyarakat terlihat indah kasat mata.

UANG atau dalam bahasa luar negeri disebut PENG merupakan alat tukar yang memiliki dua mata seperti belati yang punya dua sisi, jika sedikit saja lalai saat menggunakannya maka phengphoe lah orang yang memegangnya. Faktanya sering kali kita menemukan lambang Illuminati tersembunyi dalam mata uang luar negeri. Begitulah kenyataannya uang merupakan salah satu senjata unggulan iblis untuk menjerat manusia masuk kelembah hitam.

Tanpa kita sadari hari ini kita telah di perbudak oleh uang, di manapun berada mau di Laut, gunung, meja warung kopi, jambo jaga, kantor tempat kerja, meunasah, bahkan terkadang juga di mesjid pembahasannya tak terlepas dari yang namanya fulus, seakan manusia diciptakan untuk mengumpulkan uang/harta yang akan dibawa entah kemana. Semua hal telah diukur dengan uang, nilai-nilai kemanusiaan hampir terkikis habis tergerus oleh Mr. Money.

Pasca Gempa & Tsunami 2004 rakyat Atjeh telah dimanjakan, sifat penolong, peduli dan suka menolong seakan telah punah. Ikhlas tanpa mengharapkan imbalan hanya tersisa pada beberapa jiwa yang punya hati peduli terhadap lingkungan sekitar.

Coba Kita Playback kembali Jiwa korsa Rakyat Aceh dari masa ke masa, mari kita mulai dari masa kerajaan Atjeh Darussalam Meukuta Alam orang Aceh bahu membahu saling membantu hingga ke negeri semenanjung Melayu. Masa penjajahan Belanda, Aceh tak bisa ditundukkan karena dua (2) kekuatan bangsa Aceh yakni Musyawarah Mufakat dan Gotong royong. Dua Senjata mukmin ini yang melumpuhkan keangkuhan para jenderal marsose yang terkenal kehebatannya. Begitu juga halnya di masa Kemerdekaan Republik, Rakyat Aceh Darussalam menyumbang pesawat terbang dan puluhan kilo emas. Begitu juga hal nya pada masa konflik bersejata, keikhlasan memberi tanpa ada yang mengomandoi terlihat jelas ketika gelombang pengungsian terjadi di Peudada Bireun. Saat itu masyarakat chik putik tuha muda menyumbangan apapun yang bisa diberikan baik sandang pangan, itek, kameng,  uang, bahkan emas perhiasan.

Di lokasi pengungsian  SD Peudada ketika itu terlihat seorang paruh baya dengan jubah hitam,  bak pendekar sakti lakukan aksi push up dengan menggunakan satu jari. Usai menunjukkan aksi beliau mendekat memperkenalkan jati diri,. Namanya Sulaiman Gapi ( Abu Leman Gapi ) eks Libya. Panjang lebar bercerita dan beretorika, beliau hanya berpesan dua kalimat untuk kami yang masih muda, Abu Leman berkata " Tiep ne pubut sipue pue beu ikhlas bek ne harap si pue-pue" dan " Musyawarah Mufakat dan Saleng membantu nyan keunebah Indatu".

Di moments awal tahun ini dari tingkat RT,RW, Gampong/Desa, Kecamatan, Kabupaten mari kita kembalikan nilai luhur bangsa Aceh (lokal wisdom) yang telah bergeser Pasca Bencana 2004. Kita tingkatkan rasa peduli terhadap lingkungan sekitar karena yang dikatakan manusia adalah hatinya,, hati tercermin dengan kepedulian dan peduli terlihat dari reaksi dan aksi untuk berbuat.

Penulis: Fakhrurrazi, M.Si
Pemerhati masalah sosial budaya dan  Praktisi Kebencanaan. Alumni Magister Ilmu Kebencanaan ( MIK)
USK Banda Aceh

Bagian(1) https://liputangampongnews.id/berita/detail/refleksi-17th-earthquake-and-tsunami-aceh-normalisasi-pergeseran-local-wisdom-pasca-26-dec-2004#